Cara Baru Menonton Berita di TV

Televisi swasta yang begitu banyak di Indonesia telah menawarkan pilihan program yang begitu banyak. Begitupun, tetap ada kelemahan pada televisi, yaitu, tidak bisa diulang. Memang sudah ada alat perekam, tetapi tampaknya belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat.

Di tengah celah kebutuhan ini (niche market) muncullah televisi versi on line. Untuk kelas dunia ada situs Yahoo yang menawarkan layanan ini secara gratis. Hampir semua berita penting di dunia dapat kita lihat versi videonya sekitar 1 s/d 3 menit. Berita ini diambil dari CNN, BBC, Reuter, AFP dan kantor berita lain di seluruh dunia.

Situs lain seperti CNN dan BBC juga menawarkan produk seperti ini tetapi aksesnya agak lambat. Untuk kawasan Asia Tenggara, situs koran The Strait Times cukup menjanjikan. Aksesnya relatif cepat. Mungkin karena dekat dengan Indonesia. Berita dalam bahasa Singaporean English atau Singlish, bagi saya, merupakan sebuah pengalaman berbahasa yang menyenangkan.

Untuk situs lokal, Detik.com dan Kompas masih merupakan situs terbaik dalam penayangan video berita. Hanya saja, di Detik.com kita terpaksa lebih dulu disuguhi iklan sebuah produk kontrasepsi yang sedikit mengganggu. Tapi, tak apalah. Kalau tidak ada iklan darimana mereka dapat menutup biaya operasional.

Kompas TV menawarkan berita yang lebih berkualitas. Pengerjaan berita video Kompas dilakukan secara tim: penulis, kamerawan, editor. Adapun di Detik.com semua pengerjaan ini dilakukan sendirian. Tampaknya Detik.com benar-benar mencerminkan gaya baru media on line. Sementara Kompas masih memakai pola lama.

Kelebihan menonton berita televisi versi internet adalah pemirsa lebih aktif. Hanya berita yang diminati saja yang ditonton. Hal ini berbeda dengan televisi yang memaksa penonton menyaksikan semua berita, meskipun tidak diminati. Meskipun sebenarnya, penonton bisa berpindah ke channel lain jika tidak suka dengan sebuah channel.

Jadi, jika tadi malam, misalnya kita tidak sempat melihat gol-gol indah dari pertandingan liga Champion, paginya kita bisa mengklik cuplikan beritanya di Yahoo atau situs lainnya. Atau ada berita minggu lalu yang ingin kita lihat kembali, kita bisa mengkliknya kembali. Di televisi tradisional, hampir tidak mungkin kita memutar kembali berita minggu lalu.

Kelemahan televisi versi internet ini salah satunya adalah karena kapasitas bandwith yang masih kecil. Kalau memakai sistem dial up seperti telkomnet instan pasti tidak akan bisa jalan, atau minimal gambarnya putus-putus. Di masa mendatang, dengan semakin membaiknya infrastruktur jalan tol bagi lalu lintas data, produk ini semakin menjanjikan.

Masa Depan Televisi

The Strait Times tampaknya melihat media ini sebagai peluang baru. Tidak tanggung-tanggung, diluncurkanlah Razor TV yang bisa menyiarkan berita life style, entertainment dan sport secara langsung. Penonton juga dapat berinteraksi melalui webcam masing-masing. Sebuah kemungkinan baru yang menyenangkan.

Lalu, bagaimana dengan masa depan televisi tradisional? Bagi tv hiburan yang menyajikan lagu, sinetron, kuis, tampaknya internet tv ini bukanlah ancaman yang serius. Adapun untuk televisi berita, tv internet merupakan ancaman potensial.

Penonton yang biasanya menunggu jam tertentu untuk menonton berita, sekarang tinggal membuka komputer dan memilih berita yang diinginkan. Hanya saja, untuk siaran langsung ataupun breaking news, televisi tradisional tetap lebih unggul.

Yang penting, penonton semakin mendapatkan banyak pilihan. Kalau pas ada waktu, bisa nonton televisi biasa. Tapi kalau ada berita yang terlewat karena sedang dalam perjalanan, misalnya, internet tv bisa menjadi alternatif.

Untuk sarana pembelajaran, internet tv juga bisa menjadi sarana belajar bahasa Inggris yang sangat efektif untuk mengasah listening skill. Tidak perlu berlangganan tv kabel untuk bisa menyaksikan Obama dan Hillary berdebat. (Hery Azwan, 26/2/2008)

SUMBER

http://heryazwan.wordpress.com/2008/02/26/cara-baru-menonton-berita-di-tv/